Wednesday, May 7, 2008

The Cities of Kartini Passion Bag. 2













































































































































































































The Cities of Kartini Passion Bag. 2
Sabtu 26 April 2008 Rembang – Kudus
Hari ini nampaknya perjalanan akan lebih melelahkan dibanding kemarin karena kita akan mengunjungi 2 tempat yang letaknya cukup jauh waktunya menempuh perjalanan di bus.
Tapi mengingat acaranya asyik dan teman-teman yang ikutan juga asyik,
apalagi bergabung di Bus Jepara, yah ngga masalah lah, apalagi tour leader, pak supir dan makanan dari panitia tidak pernah berhenti
selalu ada saja dibagikan di bus ..yah tenang lah hehe..
Bangun pagi sambil beberes dan persiapan mandi saya dan Lusi asyik deh ngerumpi dulu sebagai selingan, biasalah kita ngobrolin pekerjaan masing-masing.Setelah sarapan pagi yang sangat lengkap di Hotel Ciputra, kita menuju bus untuk melanjutkan perjalanan ke Rembang.
Sedikit tentang Rembang
Kabupaten Rembang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Rembang. Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Rembang (Laut Jawa) di utara, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Blora di selatan, serta Kabupaten Pati di barat.Setelah Kartini menikah dengan Bupati Rembang RMAA Djoyoadiningrat, maka ia tinggal di Kabupaten Rembang yang rumahnya kita kunjungi. Rembang berada di jalur pantura timur jawa tengah, berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Timur, sehingga menjadi
gerbang sebelah timur propinsi Jawa Tengah.
Salah satu kota yang terkenal di Rembang adalah Lasem.
LASEM
Lasem adalah salah satu kecamatan terletak diantara kota Rembang dan Tuban Jawa Timur. Lasem menyimpan sejarah panjang.Disinilah bangsa Cina pertama kali mendarat di Pulau Jawa. Sebagai sebuah pecinan tua yang sudah berumur ratusan tahun,
warga Lasem juga punya peran penting dalam perjuangan melawan penjajah. Salah seorang keturunan mereka bahkan menjadi Adipati Lasem,
namanya OEI ING KIAT atau terkenal dengan nama Adipati Widianingrat. Ia pernah memimpin pemberontakan melawan kompeni dibantu
oleh TAN PANG SIAN serta PANJI MARGONO yang berdarah biru dari Kraton di Jawa.
Begitu melegenda nya kedua tokoh itu, warga keturunan Tionghoa Lasemmembuat klenteng dengan Dewa Pelindung Kota. Lasem sesungguhnya bagai sebuah Tiongkok berskala kecil, konon sekitar tahun 1303, Laksamana ChengHo yang melakukan ekspedisi keNusantara menjumpai adanya masyarakat keturunan Tionghoa ditempat ini. Jejak masa silam kedatangan para pelaut Cina di tanah Lasem tertera pada klenteng Cu An Kiong.
BATIK LASEMJika Anda punya waktu untuk berkunjung ke Rembang, sempatkan mampir di Kota Lasem. Jangan sampai terlewatkan.
Pasalnya, Lasem kaya akan peninggalan bersejarah, baik yang berkaitan dengan sejarah Wali Sanga maupun Tionghoa.Selain itu, Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat, salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran.
Sampai-sampai orang luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika terpikat kepada batik lasem.Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi.Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. Pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya.

Setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutup gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. Setelah kering, kain batik itu dipres kemudian dikemas dan siap dijual.Lasem, sebagai kota batik di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengalami masa kejayan pada 1970-an dengan corak khasnya berupa batik berwarna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain.

Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa,
budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta).Ketika itu hampir setiap rumah di kota kecamatan di pesisir utara Pulau Jawa itu memproduksi batik Lasem. Dari mereka, tercipta ratusan motif batik dari corak klasik hingga kontemporer.Tapi, motif klasik sebagai kenangan masa keemasan itu tidak lagi dikenal dan tersimpan rapi di Kota Lasem ataupun di Kabupaten Rembang. Semua itu justru berada di Negara Swiss, Belanda, Australia, dan Jepang. Persoalan Rembang tidak hanya dari kepemilikan dokumentasi batik klasik khas Lasem, jumlah pengusaha batik pun tinggal hitungan jari. Para pembatik pun satu-persatu meninggalkan profesi tersebut dengan sejumlah alasan.
"Sebagian ada yang meninggalkan, hijrah ke kota, dan alih profesi untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga,"Selama ini, keahlian para pembatik umumnya didapat secara turun-temurun dan kegiatan itu dilakukan sebagai sambilan, karena pekerjaan utama mereka adalah petani dan buruh tani di kampung halamannya.Kondisi tersebut membuat produksi batik kurang maksimal dan keturunan mereka juga enggan meneruskan keahlian orang tuanya.
Mereka lebih memilih hijrah ke kota besar untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya
mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”.

“Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.Selain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya.
Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.PEMBATIKAN di Lasem memang pernah berkembang gemilang. batik lasem dalam masa kejayaannya pernah diekspor ke luar negeri, antara lain ke Suriname. Batik lasem bisa bersaing dengan batik dari daerah lain karena selain motifnya menarik dengan kain kualitas halus, juga warna merah darah ayamnya yang khas tidak bisa ditiru pembatik daerah lain.Namun, kalau sekarang Anda datang ke Lasem dan mencari batik tulis produksi Lasem, apalagi batik dengan motif tradisional khas Lasem, Anda akan mengalami kesulitan bagaikan mencari barang antik saja.Jadi kesempatan berharga ketika kami disambut oleh Bupati Rembang dan Ibu serta Tim PKK Rembang merupakan sebuah kehormatan,sambil melihat Rumah Kartini dan koleksinya, kita bisa menikmati Bazaar kerajianan setempat terutama bisa berbelanja batik Lasem yang indah itudan ada demostrasi pembuatan batik secara langsung pembatik dengan canting, pena dan malam/lilin.
Wah judulnya para peserta benar-benar dibuat kagum dengan keindahan batik lasem, bingung mau pilih yang mana motifnya :ada yang disebut Tiga Negeri, Empat Negeri, Kawung, Rawan dan Kedoro Kendiri. Semuanya bagus-bagus, siapa yang cepat dia yang dapat.Terlalu lama pikir-pikir sudah bablas diambil peserta yang lain..Nasib deh !!!
Hehehe…
Tapi yang pasti saya cukup bangga, walaupun tidak banyak waktu untuk memborong batik lasem, yang pasti saya senang sekali bisajadi peragawati membawakan batik-batik lasem persembahan Ibu Bupati yang sudah di design oleh Yani Somali, untuk kami peragakandi hari ke dua ini. Keren abis dan semua baju terjual habis. Alhamdulillah Mba Nina dkk bisa berbuat sesuatu untuk Ibu-ibu PKK disana ya.Sungguh sambutan yang membuat saya terkesan mulai dari tarian, acara yang tersusun rapi, hidangan yang tidak hanya enak tapimeja makan dibuat secantik mungkin dan kita mendapat informasi yang sejelas mungkin tentang keadaan disana. Alhamdulillah sayabisa mendapatkan informasi yang jelas dan lagi-lagi peserta merasa puas berkunjung di kota Rembang, apalagi saya.
( Bersambung perjalanan ke kota Kudus )






























No comments: