Friday, May 2, 2008

The Cities of Kartini’s Passion 25-27 April 2008






























































































































































































































The Cities of Kartini’s Passion

Suatu hari saya sempat di sms oleh Mba Nina Akbar, rupanya Mba Nina akan membuat sebuah acara menarik Tour Napak Tilas Kartini.
Tentu saja saya sambut dengan gembira, InsyaAllah mau ikut, karena memang sudah lama saya ingin tahu tempat-tempat bersejarah Kartini yang telah menginspirasi Nasionalisme Indonesia. Tentu saja hal lainnya adalah saya memang suka sekali jalan-jalan mengetahui keadaan berbagai daerah, potensi wisata dan kulinernya.
Siapalagi yang bisa menghargai dan merawat warisan sejarah, kalau bukan kita ya.

Bersyukur Radio Delta diajak untuk bergandeng tangan bersama Yayasan Warna Warni Indonesia, sehingga saya bisa menjadi wakil pendengar Delta untuk menceritakan seluruh perjalanan “ The Cities of Kartini Passion “, dimana kita akan mengunjungi Demak, Jepara, Rembang , Kudus, dan berakhir jalan-jalan di Kota Semarang, khususnya kita akan menyaksikan keindahan Losari Coffee Plantation.

Jum’at 25 April 2008 Demak -Jepara

Seru nih pagi-pagi kita dibuat heboh karena harus tiba di Bandara Soekarno Hatta jam 4.30 WIB. Soalnya kita kan wajib lapor ke panitia untuk urusan check in di Mandala terminal 1C keberangkatan.
Asyik nih didepan counter Check-in serasa reunian, maklumlah kebetulan banyak para wanita Ibu-Ibu pula, jadi bisa terbayang donk ramainya seperti apa hehe..Saya ketemu Ria Pasaman lah, Mba Sianny Farich, Mba Titiek Soeharto, banyak deh sambil kita dibagikan PIN cantik bergambar Ibu Kartini, seperangkat buku indah Rangkuman Mba Nina Akbar Tanjung, payung cantik dari Yayasan Warna Warni Indonesia,
Daftar Perjalanan dan buku Panduan Sejarah serta sekotak makanan, kue dan minuman sebagai pengganti sarapan pagi.
Sebagian setelah mengurus bagasi selesai ada yang izin sholat subuh dan sebagian berhahahihi ngobrol karena senang ketemu teman lama atau teman baru saling berkenalan dan berfoto bersama.
Walah ini mau berangkat saja sudah centil semua, sesi foto tidak ada habisnya.
Yang bikin saya kagum juga adalah semuanya sadar batik.

Sekitar 111 peserta semuanya memakai batik yang gaya banget deh dan cantik-cantik.
Seneng deh melihatnya. Karena Mandala Air juga menjadi sponsor pendukung acara ini,
jadi kelihatannya 1 pesawat seperti di charter khusus dan saya baru mengetahui ada
2 orang Duta Besar dari Bosnia dan Senegal serta seorang Consul yang ikut bergabung diacara ini.

Perjalanan di pesawat menuju Semarang tidak sampai 1 jam kita berangkat jam 06.16 WIB,
sudah di Bandara Achmad Yani jam 07.05 WIB.
Setelah kita santai sejenak kembali disuguhi sarapan pagi di VIP Room Bandara,
sedikit briefing panitia untuk penjelasan pembagian Bus.

Dari 4 Bus yang disediakan, saya kebagian jatah Bus Jepara No.2, maklumlah saya juga tehitung sebagai panitia sponsor.
Jadi setiap panitia juga sudah punya tugas dimasing-masing Bus. Bus yang kita tumpangi termasuk mewah dan bagus, dengan tempat duduk yang bisa tidur reclining 180 derajat, empuk, cukup besar, full AC, ada TV termasuk bisa berkaraoke, ada toilet khusus dan selalu disediakan koran pagi.

Yang penting Bus nya sendiri bersih, supirnya gesit dan Tour Leadernya terpilih, namanya Mba Vera Damayanti, faham betul seluruh tempat yang kita kunjungi dan kalau sudah bicara makanan..walah kita jadi tambah laper deh..

Perjalanan pertama kita adalah menuju kota Jepara. Dari Semarang kita akan melewati Demak yang terkenal dengan belimbing dan swike ukuran jumbo. Katanya sih enak banget rasanya karena bumbunya yang khas memakai kemiri, beda dengan Swike Purwodadi bumbunya

banyak mempergunakan bawang putih. Wah banyak deh informasi tentang Semarang yang diceritakan Mba Vera, rumahnya juga bagus2 ya disana, ngga kalah deh seperti di Jakarta, cuma bedanya di Semarang jarang ada demo, jadi lumayan nyaman hehe..

Di Demak kita sempat mampir salah satu Mesjid Tertua di Indonesia. Didirikan ketika Kesultanan Demak diperintah oleh Raden Patah.
Arsitekturnya sangat unik terutama pada pintu besarnya yang disebut Lawang Bledheg ( pintu guntur/petir ) yang menggambarkan tahun saka Tahun 1388 atau tahun 1466 Masehi sebagai tahun mesjid itu berdiri.

Sedikit cerita tentang Masjid Demak dan Kartini, suatu ketika Kartini berkunjung kerumah paman nya, seorang Bupati Demak, beliau tertarik
Kepada materi yang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Saleh Darat, ulama besar yang sering memberikan pengajian dibeberapa Kabupaten disepanjang pesisir utara.
Singkat cerita tergugahlah sang Kyai untuk menerjemahkan Al Qur’an kedalam bahasa jawa.
Dan ketika hari pernikahan Kartini tiba,Kyai Saleh darat memberikan kepadanya terjemahan Al Qur’an juz pertama.
Mulailah Kartini mempelajari Al Qur’an. Tapi sayang sebelum terjemahan itu rampung. Kyai Saleh Darat berpulang ke Rahmatullah.

Dalam surat Al Baqarah ayat 257, Kartini menemukan kata-kata yang amat menyentuh nuraninya :
“ Orang-orang yang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya ( Minadzdzulumaati Ilaan Nuur ) “
Kartini amat terkesan dengan ayat ini, karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya yang dibimbing Nuur Ilahi.
Dan sebelum wafatnya Kartini, dalam banyak suratnya mengulang kata-kata : “Dari Gelap menuju Cahaya” yang ditulis dalam bahasa Belanda “Door Duisternis Toot Licht”

Cukup lama saya mengagumi bangunan Masjid Kasultanan Demak, saya sempat mengambil gambar didalamnya, ada tiang yang kokoh yang disebut Soko Guru dan ziarah ke makam Raden Patah, makamnya begitu panjang dan tinggi-tinggi.
Setelah berfoto bersama perjalanan kembali kita lanjutkan ke Jepara.

Sekilas tentang Jepara

Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa.
Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut.
Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan.
Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut jawa.
Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang.
Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu ketenarannya hingga ke luar negeri.
Pusat kerajinan ini di Kecamatan Tahunan dan Jepara. Supplier mebel paling murah adalah daerah Nganti dan Bulungan.
Selain itu, Jepara merupakan kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia
R.A. Kartini.

KAYU jati merupakan simbol kekuatan dan keabadian. Daya tahan kayu jati Jepara ini hingga puluhan tahun lamanya. Perbedaan kayu jati Jepara dengan kayu jati dari Jawa Barat, adalah pada kadar air yang ada pada kayu tersebut.
"Kadar air kayu jati Jepara lebih sedikit dibanding kayu jati asal Jawa Barat," katanya.
Ini salah satu faktor yang membuat kayu jati Jepara tahan lama.

Motto: Trus Karyo Tataning Bumi (dari Bahasa Jawa yang artinya "Terus bekerja keras membangun daerah")
Jepara luasnya 1.004,16 km². Pada tahun 2003 jumlah penduduknya sekitar 1.037.000. dengan kepadatan penduduk 1.033 jiwa/km².

Makanan yang harus dicoba di Jepara dan terkenal enak adalah :

Adon-adon Coro = minuman jahe santan dengan irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat.
Es Gempol = minuman santan dan gempol (bola dari tepung beras), biasa disajikan manis, asin, hangat ataupun dingin.
Es Pleret = minuman santan dan pleret (tepung beras yang dimakan sedikit kenyal) hampir mirip dengan gempol.
Dawet Jepara (Es Cendhol / Cendol) = terbuat dari bahan-bahan tepung sagu, gula merah asli, santan kelapa.
Rondo Royal = tape goreng yang dibungkus tepung.
Klenyem = ketela parut goreng isi gula merah.
Kenyol = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi gula merah, cara masak dikukus.
Nogosari = tepung dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus.
Moto Belong = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak,
cara masak dikukus, dan disajikan dengan cara dipotong-potong agak miring menyerupai bola mata dan
dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.
Poci = tepung dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibentuk kerucut diisi campuran kelapa parut dan gula merah.
Kuluban = urap-urap dengan nangka muda, kacang panjang dan daun mudanya, tauge mentah, dan buah petai, disajikan mentahan.
Pecel Ikan Laut Panggang = ikan laut bakar dengan bumbu sambal santan kelapa.
Horok-horok = makanan yang sangat langka dan hanya ditemukan di jepara ini dibuat dengan bahan baku sagu.
dengan cara pembuatan yang cukup aneh yaitu menggunakan sisir rambut. bentuknya seperti busa sterofom yang kenyal
dengan rasa sedikit asin. biasanya dimakan sebagai campuran bakso,gado-gado, ataupun lainnya.
Bontosan = adonan krupuk ikan tenggiri dalam bentuk gelondongan dan sudah dikukus.
Sate Udang.
Terasi Jepara.
Durian Petruk.
Gereh Iwak Teri = Ikan teri yang dijadikan semacam ikan asin, kebanyakan dari pulau karimunjawa.
Latuh/Lato = sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
Tempong (blenyik) = ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.

Rombongan tiba di pendopo Kabupaten Jepara dengan disambut sangat istimewa oleh Bupati Jepara, pejabat setempat dan masyarakat disana.
Terutama Ibu-Ibu PKK juga anak-anak sekolah yang yang begitu gembira bernyanyi diiringi musik tradisional gamelan untuk kita peserta rombongan,
belum lagi tari-tarian daerah,Wah serasa kita sebagai tamu istimewa ya, jarang2 nih kita mendapat perlakuan seperti ini kalau kita pergi sendiri kan.
Kita juga sempat mengunjungi Rumah Kartini secara dekat dan langsung. Bagaimana beliau dipingit di ruangan yang tidak begitu
besar, tempat beliau mengajar bersama anak-anak yang memerlukan pendidikan dan naik becak yang sudah disediakan panitia ke Museum Kartini.

Seru lho tadinya saya hampir saja tidak sempat mengunjungi Museum Kartini, karena saya mendapat tugas untuk menjadi Peragawati untuk acara Fashion Show baju-baju batik karya Yani Somali. Tapi saya bersama Nana Krit, tidak ingin melewatkan acara kunjungan ke Museum yang sulit mengatur waktunya mau kesini lagi ya, jadi saya bersama Nana Krit ngabur naik becak sebentar hanya 3 menit ke Museum.

Sungguh senang saya jadi mengetahui banyak dibalik foto-foto dan peninggalan bersejarah dari seorang Ibu Kartini yang saya kagumi.
Mba Vera tetap jadi pemandu cerita kami di Museum. Saya manfaatkan kesempatan baik itu dengan merekan dikamera digital saya yang kecil.
Sepulangnya dari Museum kita berdua langsung berlari menuju kamar yang sudah disediakan untuk bersiap-siap berganti baju, dandan sedikit
dan latihan jalan berguru dengan Mba Nana Krit, kita semua peragawati berjumlah 10 orang akan membawakan baju2 dari yani Somali.
Yang bikin saya sedikit surprise ukuran baju yang saya kenakan katanya adalah ukuran S, padahal biasanya saya pakai ukuran M.
Berarti diet saya lumayan berhasil nih, lumayan baju lama bisa dipakai lagi donk hehe..
Terus terang lumayan grogi juga saya jadi peragawati, karena ini adalah pengalaman pertama saya, apalagi dijejerin peragawati Profesional
seperti Nana Krit, atau Citra Darwis Triadi misalnya..wah ngga ada seujung kukunya deh pengalamannya.
Begitu juga yang dialami teman2 saya lain yang ngga pernah jalan di catwalk.
Untung saya masih suka jadi MC jadi lumayan teratasi, berusaha PD tapi sebetulnya deg-deg an juga sih hehehe...
Alhamdulillah penampilan fashion show cukup sukses dan baju-baju yang kita bawakan laris manis. Karena dengan begitu kita dalam hal ini
penyelenggara bisa memberikan sumbangan kepada Ibu-ibu PKK disana dari hasil penjualan baju.Walaupun sebentar para model masih cukup waktu untuk bisa mampir di Bazaar dengan para pengrajin yang siap berjualan tenun troso
dan beberapa makanan khas, saya sih daripada repot saya minta dikirim lewat travel. Duh murah banget deh sehelai sarung troso yg
bahannya begitu lembut dan halus tidak sampai 100.000 dan bisa dibuat baju pula tergantung keinginan kita. Keren deh.
Selesai acara kita pamitan dan Mba Nina memberikan sedikit tandamata kepada Bapak Bupati Jepara beserta Ibu sebagai tanda terimakasih.
Hehehe gaya deh saya, dari atas Bus kami, saya melambaikan tangan seperti gaya Miss Universe, seru juga sekali-sekali gayanya seperti
Istri Menteri dengan yang disambut rakyat..walah..apa sih maksudnya..ya gitu deh..

Ke Kampung Ukir Mbah Singo

Ibu Kartini selalu membanggakan “Singo” tukang ukir yang menurut Kartini merupakan seniman sejati.
Ia tinggal dibelakang gunung itu adalah sebuah perkampungan yang seluruh kiri kanan pinggir jalannya menjual ukir-ukiran.
Sungguh sangat indah karya-karya ukirnya. Berhubung hujan jadi bus berhenti disatu tempat, kemudian ada yang hanya jalan kaki atau naik becak
menyusuri jalan itu sambil mampir langsung ke toko tempat jualan ukiran yang indah-indah itu.
Saya lihat ada kursi tamu yang bagus 1 set hanya dijual Rp.1,5 juta, murah kan dengan kayu jati yang kuat itu.
Cuma saya bingung mau ditaruh mana ya, jadi saya cuma cuci mata, yang penting saya jadi tahu saja dulu tempatnya.
Alhasil saya hanya membeli tempat buah ukiran cantik dengan harga Rp.50.000,- sangat artistik dan murah.
Tambahan informasi menurut Bupati Jepara ukiran berwujud harimau didalam kurungan adalah ikon ukiran kebanggaan Jepara.
Apakah ukiran itu merupakan replika yang menjadi kekaguman Ibu Kartini dahulu, Wallahualam.
Yang jelas rumah Kartini yang sekarang dipakai rumah dinas Bupati Hendro Martojo adalah saksi sejarah yang harus kita beri apresiasi.

Klenteng Welahan

Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Klenteng Welahan. Klenteng ini terletak di kecamatan Welahan, 20 km kearah selatan dari
pusat kota Jepara. Sebuah desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok, oleh tabib kakak beradik dari Tiongkok bernama
Tian Siang Boe dan Tang Siang Djie sejak ratusan tahun yang lalu.

Sejak kecil, Kartini katanya sih terlihat kurang sehat, ia sempat disembuhkan dari penyakitnya setelah rajin mengunjungi klenteng ini
dan mengikuti ritualnya. Setelah kesembuhannya dari penyakit, Kartini menjadi vegetarian sejak remaja hingga wafatnya.
Selama hidupnya ia sangat menghormati ajaran Budha, bahkan mengakui sebagai pengikut ajaran Budha.

Hingga saat ini upacara arak-arakan yang diadakan di Klenteng Welahan setiap tahun itu terus berlanjut. Katanya sih heboh banget
kalau ada acara ini, seluruh jalanan macet, saya bayangkan pasti ada pesta naga barongsai juga yang bagus banget itu deh.
Suasana di Klenteng begitu teduhnya ada bebeapa orang yang berdoa, kita disambut kepala Klenteng dengan penjelasan singkat.
Yang pasti peserta semua tidak lupa memanfaatkan foto diberbagai sudut, soalnya warna merah, emas dll membuat gambar difoto
jadi indah sekali. Selesai dari Klenteng kita kembali ke Bus untuk pulang menuju Semarang, wah lumayan jauh tuh perjalanan.
Untung kita dapat bus yang enak, jadi kita bisa karaoke atau tidur enak dengan posisi rebah yang kita inginkan ditambah AC yang dingin.

Sebelum sampai dihotel kita mampir dahulu untuk makan malam di Restoran Pesta Keboen yang ada di Semarang.Restonya ala tempo dulu mungkin seperti resto Kembang Gula di jakarta atau dapur Babah gitulah.

Makanannya uenak-uenak semua, khas jawa tengah, ada salad solo, sup iga garang asem, ikan asem pedas, apalagi ya lupa deh,
yang penting apa yang ada disikat deh hehe, soalnya terbukti kelaperan menu yang disediakan cepat sekali yang habis ditaruh lagi.
Yang membuat resto ini agak beda yaitu musik tradisional dan sinden atau penyanyi daerahnya itu lho bisa nyanyi lagu jawa/daerah
atau lagu barat tapi unsur jawa dan musiknya itu tetap ada, keren deh dan kita sempat ikut nyanyi bersama sambil poco-poco.

Malam hari pertama kita sudah disambut hujan deras, setelah kita makan malam di resto Pesta Keboen yang romantis,
kita segera pulang menuju hotel tanpa harus chek in lagi, karena bagasi kita sudah siap dikamar Hotel Ciputra.
Kamarnya cukup lux dan bagus, saya sekamar dengan Lusi Ning Ismail, menantunya Hasyim Ning.
Padahal kita sudah pulang sekitar jam 11 malam, masih sempat ngerumpi sampai tengah malam, sampai saya akhirnya
tertidur duluan karena kecape an.
Bersyukur hari Jumat ini saya bisa berbagi dengan pendengar Delta melaporkan dari Jepara dan Semarang tentang kegiatan
yang berlangsung dan tetap selalu berhubungan dengan Suami dan Anak. Suami saya senang dan ikut mendukung setiap saya
menceritakan apa yang dilakukan disana, mendapat banyak teman baru dan pengalaman berharga.

( Bersambung di hari berikutnya Tour ke Rembang )














































































No comments: